Bijaknya Sebuah Pemikiran
Ketika Memilih Untuk Mengalah, Namun Dipandang Tidak Bisa Berbuat Apa-apa.
“Satu-satunya kebijaksanaan adalah mengetahui bahwa Anda tidak tahu apa-apa.” (Socrates)
Ketika kamu hidup dan terperangkap (just a word) dalam sebuah lingkup dunia pertemanan di dalam terang. Dimana sinar senter hanya menyiramkan sinar diatas kepala dan pemikiran hanya sampai batas batas lingkaran cahaya senter itu. Beda jika kamu bisa berpindah ke dunia pertemanan yang gelap, mereka tentu bisa melihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain.
Kata "mengalah" ini hadir dari skema di atas. Bukan karena tak punya kekuatan, atau lets say you are nothing. Hanya saja berlangsung untuk pertunjukan sesaat, sesaat selama berlangsungnya dunia pertemanan ini. Tidak heran, ternyata banyak panggung untuk pertunjukan ini, mengundang banyak attention dari berbagai mata. Kemungkinan seribu attention tidak cukup mengisi hidup individu.
Yah, tidak mudah jika tidak ada pembuktian, entah prestasi atau setidaknya nama sudah menjadi famous. Setiap diadu, peluangnya sudah muncul akan kalah. Niatnya tidak ada ingin diadu, tapi entah darimana ini ada menjadi "diadu". I dont want it goes wrong.
Huft, capek iya, tapi diajar untuk sabar.
So Pointnya apa? Aku melihat ternyata tempat yang aku tuju belum sampai, aku tahu kalau ini tempat persinggahan sementara ( transit, setelah ada yang memberi sepotong kue kemasan dengan tulisan "草莓“). Pantas saja, barang (the things) yang aku taruh dikoper tidak bisa aku gunakan semua disini. Sedikit lagi, akan sampai ke tempat tujuan.
Komentar
Posting Komentar