PERASAAN SERUPA BUNGA MAWAR
Hallo dunia sandiwara ini,
hadirnya engkau di dunia tidak hanya sekedar pelengkap semesta. Berjalannya waktu
engkau pun tumbuh menjadi manusia dengan segala kesempurnaan yang engkau
miliki. Aku paham jika sekarang engkau merasa tersesat, feeling down, tidak
mengenal siapa lagi diri kamu, bahkan hilang nahkoda arah yang kamu tuju.
Dari segala aspek kehidupan ini,
sangat wajar engkau merasakan hal itu. Tidak mudah menghadapi dan masuk ke
dunia yang tidak lagi bercanda-bercandanya. Kamu di minta untuk bertahan di
tengahnya bisikan-bisikan yang entah itu dari mana, dihadapkan pada sesuatu
yang hati kecil mu pun kadang mendua, melihat sesuatu yang bisa menghancurkan
perasaan mu, mendengar sesuatu yang meremukkan semangatmu. Badai yang besar
membawamu, angina bertiup kencang untuk menyingkirkanmu, dan amukan emosi
bahkan yang gak pernah ada membuatmu harus kehilangan sesuatu yang sudah akan
kamu genggam.
Tau ga, aku juga merasakannya. Sekarang
aku berdiri di tengah ruangan putih yang sangat luas dengan tanpa kacamata, yah
semuanya tampak kabur. Lalu kamu berfikir aku bagaimana? Aku berusaha untuk
mencari sesuatu yang bisa aku pakai untuk mewarnai ruangan putih itu. Padahal sepanjang
mata memandang tidak menemukan satupun benda tersebut. Lalu aku harus
bagaimana? Aku terdiam sesaat. Ya betul, aku menangis, aku menggeram, aku
melepaskan semua emosi itu. Kekhawatiran aku dengan segalanya bermunculan,
overthinking yang tidak pernah padam membara di kepalaku, mataku tidak bisa
lagi terpejam bahkan untuk 1 menitpun.
Namun dalam diriku, aku tidak
ingin kalah dengan semuanya. Aku ingin aku bisa. Aku ingin aku bisa melakukan
sesuatu walaupun itu cuman melukis matahari. Walaupun itu cuman melukis bulan
purnama , walaupun itu cuman melukis awan dan bintang yang ada di langit. Aku juga
bertanya pada diriku, apa yang bisa aku lakukan? Tidak ada yang terlintas
sedikitpun.
Apakah aku akan tetap terjebak di
tempat ini? Tidak, aku harus keluar, bagaimana pun caranya aku harus mencari
jalan. Aku tahu berjalan telat tidak akan mengurangi keberhasilanku. Aku ingin
sekali keluar.
Bahkan tuhan mengulangnya dua
kali, jika engkau tak mampu. Karena situasinya sesuai denngan dirimu sekarang. Aku
dan engkau emang dalam kesulitan. Kapan kartu itu diganti? Kapan pintu itu
terbuka, karena dibalik itu ada sesuatu yang dikatakan kemudahan.
Aku pun sedang mengusahakannya.
Tuhan……
Tuhan …..
Tuhan …..
Tuhan…
Komentar
Posting Komentar