My cerpen Edisi 2

Edisi 2: MOS dan Dia

Tahun 2013

Setelah pendaftaran selesai, hari-hari selanjutnya rasanya lambat banget. Nunggu pengumuman kelulusan itu kayak nunggu hasil undian hadiah utama—deg-degan, gak bisa fokus. Tiap hari aku cek SMS dari teman, mantengin grup BBM, sampai kadang nanya ke mama, “Besok boleh ke sekolah buat liat pengumuman gak?”

Dan akhirnya, hari itu datang.
Sekolah tempel pengumuman kelulusan di papan dekat aula—lembaran kertas panjang berisi ratusan nomor pendaftaran. Aku datang bareng dua temenku. Kami lari kecil ke depan mading, nyari nomor masing-masing dengan mata kayak scanner printer.

Dan... boom.
Nomorku ada.
Aku lulus. Resmi jadi murid SMA favorit ini.
Rasanya mau teriak, tapi tahan biar gak kelihatan norak.

Tapi bukan cuma itu.

Di baris bawah, gak jauh dari nomorku, aku lihat satu nomor yang familiar. Entah kenapa aku yakin itu... nomornya Afi. Aku tahu karena waktu pendaftaran, aku sempat intip sedikit saat dia duduk nulis di meja belakang. Angka akhirnya 29, dan aku langsung inget.

Dan benar aja.
Beberapa menit kemudian, aku lihat dia berdiri di dekat gerbang, bareng dua cowok lain. Mereka ketawa, saling tos, dan wajah Afi... ah, senyumnya itu muncul lagi. Cerah banget, kayak langit hari itu yang gak ada awan sama sekali.

Aku cuma bisa senyum kecil sambil bilang dalam hati:
"Gila... dia lolos juga."

Lucunya, aku sempat mikir, “Kok dia kelihatan lebih tinggi, ya?” atau mungkin, “Dia agak kurusan nggak sih?” Tapi mungkin itu cuma efek perasaan yang udah mulai aneh dari lama.
Aku gumam sendiri, "Oh, that’s good lah."
Dan senyum sendiri juga.
See you saat MOS ya, Fi...

Beberapa hari kemudian, hari pertama MOS pun dimulai.
Aku datang pagi-pagi banget, bawa tas aneh isi peralatan wajib, pakai topi kerajinan tangan dari karton bekas susu Ultra, dan papan nama yang bikin leher pegal. Di halaman sekolah, ratusan siswa baru berdiri baris sesuai gugus.

Aku di gugus empat.
Dia di gugus dua.
Gak satu kelompok, tapi tetap satu sekolah. Dan itu... udah bikin aku cukup bahagia.

Dari barisan aku bisa lihat dia beberapa meter di depan. Dia kelihatan santai aja, ngobrol sama temannya sambil ketawa pelan. Dan lagi-lagi, aku cuma bisa melirik sekilas lalu pura-pura fokus ke kakak OSIS yang lagi ngejelasin aturan aneh selama MOS.

Tiap kali mata kami ketemu, aku langsung ngeliat ke arah lain. Tapi jujur... aku senang. Karena ternyata, cuma tahu dia ada di tempat yang sama, itu cukup bikin semangatku naik. MOS yang harusnya nyebelin malah jadi sesuatu yang aku tunggu-tunggu tiap pagi.

Dan mungkin...
Di antara banyaknya wajah baru di sekolah ini, aku udah punya satu alasan kenapa aku pengen betah.


Bersambung edisi 3...

#cerpen #kisahremaja #kisahSMA


Komentar

Postingan Populer