My Cerpen Edition

Edisi 1: Hari Seperti Biasa, Namun Dia Tersenyum Sangat Manis


Tahun 2013

Hari itu biasa aja, bahkan cenderung membosankan. Aku masih pakai seragam SMP yang udah mulai pudar warnanya, datang ke SMA negeri favorit di kota cuma buat ngembaliin formulir pendaftaran. Bareng dua temenku, kami jalan dari gerbang sampai ke aula belakang. Suasananya rame, banyak calon murid baru, beberapa datang bareng orang tua, ada juga yang kayak aku — nyantai aja, asal form masuk, urusan selesai.

Langit masih mendung, dan tanah di lapangan sekolah basah, sisa hujan yang turun dari pagi. Bau aspal dan tanah lembap masih kerasa, dan genangan air di pinggir taman bikin langkahku pelan-pelan. Aku datang agak siang, pas jam orang-orang udah mulai sepi. Jadi suasananya lebih tenang—adem, dan agak kosong.

Lalu aku lihat dia.

Bukan momen slow motion kayak di drama Korea yang hits waktu itu. Enggak. Ini cuma momen biasa. Tapi sejak hari itu, aku nyimpen kejadian itu di kepalaku seperti wallpaper BBM yang gak pernah diganti.

Dia—Afi—lagi berdiri sama satu temannya. Bajunya gombrong, celananya agak kegedean, rambutnya tipis, habis cukuran, khas anak cowok yang baru aja beresin urusan potong rambut sebelum masuk sekolah. Dan dia bawa map warna biru—standar banget buat cowok, tapi entah kenapa pas dia yang pegang, jadi kelihatan cocok aja.

Tubuhnya agak gembul, bukan tipe cowok yang biasa disukai cewek-cewek Tumblr-an yang suka ngepost cowok kurus dengan rambut messy dan hoodie gelap. Tapi dia punya sesuatu.

Pas aku jalan di belakang mereka, si temannya bilang sesuatu, dan Afi noleh ke belakang—bukan ke aku, ke temannya yang satu lagi. Tapi pas dia senyum...

Gila.

Senyumnya tuh bukan senyum yang niat pamer gigi putih atau sok keren. Itu senyum yang polos, ikhlas, ketawa tanpa nahan, dan entah kenapa, matanya juga ikut senyum. Sayu, lembut, kayak ngajak ikut ketawa juga. Dan di saat itu, aku ngerasa kayak dia nyapa aku. Padahal dia enggak.

Aku langsung noleh ke arah lain, pura-pura nyari bangku kosong. Tapi dalam hati, aku udah nge-zoom wajah dia di pikiranku. Aku bahkan nyari alasan buat liat dia lagi. Tapi ya sudahlah, ini kan baru pendaftaran. Belum tentu juga bakal sekelas, atau bahkan satu angkatan... tapi entah kenapa, aku mulai penasaran.

Namanya siapa? Rumahnya di mana? Suka lagu siapa? Kenapa bisa senyum selembut itu?

Hari itu enggak ada percakapan. Dia bahkan mungkin gak sadar aku ada di sana. Tapi aku, aku mulai notice dia. Dan itu cukup.

Sejak hari itu, setiap kali aku buka BBM dan liat status orang-orang yang isinya quotes galau dari Twitter atau gambar aesthetic yang diambil dari Google, aku jadi mikir, "Oh... ternyata rasanya begini ya, suka sama orang yang bahkan belum tahu nama kita."

Dan karena 2013, aku nulis tentang dia di note HP-ku. Judulnya?
“Cowok gembul senyum manis – SMA day 0.”

#cerpen #ceritatentangSMA #masaremaja

Komentar

Postingan Populer