Kuliah Kedokteran di Cina Part 2

Alasan Kenapa Kuliah Kedokteran di China

hemm, sekian lama baru mencoba bangkit dari kemalasan, alright mari kita lanjut cerita part 2 ini.

Di blog sebelumnya, aku sudah bercerita alasan kenapa kuliah kedokteran di Cina. Sebelum baca bagian ini, kudu wajib baca part 1 yah. 

This is my very first time keluar negeri, tak disangka aku bisa melangkah sejauh ini. Akhir bulan November jadwal keberangkatanku ke Cina, waktu itu aku harus ke Surabaya dulu untuk berkumpul dengan CAMABA lainnya. Moment ini sangat mengharukan, orangtua akan melepas anak-anaknya yang berkuliah di Cina. Isak tangis tidak bisa lagi diredam, cucuran air mata membanjiri suasana perpisahan kala itu. Senang bercampur sedih sangat susah dibedakan, namun untuk masa depan aku dan CAMABA lainnya memperlihatkan sisi tegar. Flight selanjutnya kita off ke Jakarta, setibanya disana langit sudah berganti gelap, dan kami berpidah ke Terminal 3 bandara Soeta. Tepat Pukul jam 12 malam, pesawat kami siap boarding ke tempat transit pertama kami yaitu Shenzhen. Waktu tempuh sekitar 5 jam lamanya. 

Bulan ini, Cina memasuki musim dingin suhunya pada waktu itu 15 derajat Celcius. Landing di Shenzhen matahari sudah muncul tapi dihalangi oleh kabut awan. Tidak kusangka, bandara Shenzhen sangat besar, sampai kita harus berlarian jauh untuk melanjutkan penerbangan domestik ke Wuhan. Aku belum pernah menginjakkan kaki di Bandara yang segede itu, dengan berlarian mengejar penerbangan domestik, melewati pemeriksaan imigrasi dengan antrian begitu panjang, lucunya lagi dengan barang bawaan yang banyak nan juga berat. Huffttttt. Tapi kenangan itu gak akan terlupakan, kalau mengingatnya aku sering amaze, Tuhan baik sekali bisa kasih pengalaman ini dihidupku. 

foto bersama kawan aat setelah tiba di Bandara Shenzhen

Lanjut penerbangan ke Wuhan, kalau tidak salah waktu tempuh 1 jam lebih. Di wuhan pun juga seperti itu, bandaranya sedikit membingungkan, tapi waktu itu suasananya seperti di dalam film drama korea melihat orang-orang sekitar memakai baju winter dengan perpaduan style yang kita gak pernah lihat di kampung halaman. Ok skip, Nah tidak lama kemudian, pihak kampus menjemput kami dengan bus. Pertama kali lihat Dosen sekaligus Head Taecher-ku aku tidak percaya kalau beliau adalah seorang dokter gigi dengan skill yang luar biasa, dari hal itu aku belajar satu hal dari beliau, yaitu kesederhanaan. Penampilan sederhana itu sempat menipuku , aku mengira kalau beliau hanyalah staff depertemen Internasional yang diutus kampus untuk menjemput kami. Kalau kalian mau tau, beliau akrab disapa Raw Laoshi ( laoshi ini panggilan untuk dosen atau guru ). 
Foto Headteacher-ku Mr. Raw



    Bersambung.......


Komentar